ad

Senin, 21 Desember 2015

AS dan China Susun Metode Bersama Perangi ‘Cybercrime’

Amerika Serikat dan China telah mengadakan pembicaraan tingkat tinggi pekan ini untuk memajukan kerjasama dalam memberantas cybercrime atau kejahatan di dunia maya.

Jaksa Agung Loretta Lynch (tengah) dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson (kanan), menyambut Dewan Negara China Guo Shengkun di Departemen Kehakiman AS di Washington DC (1/12).
Jaksa Agung Loretta Lynch (tengah) dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson (kanan), menyambut Dewan Negara China Guo Shengkun di Departemen Kehakiman AS di Washington DC (1/12).
Departemen Kehakiman Amerika hari Rabu (2/12) melansir pernyataan mengenai hasil Dialog Bersama Tingkat Tinggi Amerika-China mengenai Cybercrime dan Isu-isu Terkait. Ini merupakan pertemuan pertama semacam itu oleh kedua negara. Kedua pihak mencapai kesepakatan mengenai pedoman untuk “meminta bantuan mengenai cybercrime atau berbagai aktivitas jahat lainnya di dunia maya.”
Mereka juga sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam memberantas cybercrime seperti eksploitasi anak, pencurian rahasia dagang, penipuan serta penyalahgunaan teknologi dan komunikasi untuk kegiatan teroris.
Pembicaraan itu dipimpin bersama oleh Jaksa Agung Loretta Lynch dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson, bersama dengan anggota Dewan Negara China, Guo Shengkun.
Dialog itu merupakan hasil pembicaraan antara Presiden Barack Obama dan Presiden Xi Jinping dalam kunjungan kenegaraan pemimpin China itu ke Amerika pada September lalu. Kedua presiden sepakat bahwa Washington maupun Beijing tidak akan melakukan atau “dengan sadar” mendukung pencurian hak kekayaan intelektual atau rahasia dagang melalui internet, isu yang menjadi sumber ketegangan kedua negara.
Amerika menyalahkan China atas serangkaian serangan internet yang mendapat sorotan luas terhadap pemerintah dan entitas bisnis Amerika dalam beberapa tahun belakangan, termasuk pencurian informasi pribadi lebih dari 21 juta pegawai federal setelah para peretas menembus sistem komputer Kantor Manajemen Personel (OPM) sebelumnya tahun ini.
Harian Washington Post melaporkan bahwa pihak berwenang China baru-baru ini menangkap sejumlah peretas yang dituduh terlibat dalam peretasan pangkalan data OPM. Beijing telah berulangkali menyebutkan serangan itu merupakan tindak kejahatan, bukannya peretasan yang disponsori negara. [http://www.voaindonesia.com/]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar