Dilansir dari Dailymail, sebuah penelitian menyatakan jika ternyata struk yang sering kita terima ketika mengambil uang di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mengandung racun yang berbahaya.
Penelitian menemukan bahwa orang yang memegang struk yang dicetak di atas kertas thermal secara terus-menerus selama dua jam, tampa menggunakan sarung tangan, berpotensi mengalami peningkatan konsentrasi Bisphenol A (BPA) pada urine.
Sementara itu, mereka yang memakai sarung tangan saat memegang kertas struk tidak mengalami kenaikan yang signifikan.
BPA sendiri merupakan bahan pembuatan plastik bening yang dipakai untuk membuat botol bayi dan lapisan makanan kaleng.
BPA inilah yang juga digunakan sebagai bahan pembuat kertas pada struk ATM, supermarket, dan pom bensin.
Paparan BPA ini ternyata bisa berakibat buruk pada kesehatan kita.
Paparan BPA ini ternyata bisa berakibat buruk pada kesehatan kita.
BPA diketahui dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada orang dewasa dan perkembangan otak pada anak-anak.
Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan oleh JAMA, struk yang sering kita terima di ATM ini sangat sensitif terhadap panas.
Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan oleh JAMA, struk yang sering kita terima di ATM ini sangat sensitif terhadap panas.
Akibatnya racun yang terdapat pada struk tersebut dapat dengan mudah berpindah ke kulit sesaat setelah kita mengambil struk.
Dokter Shelley Ehrlich, dari dari Pusat Kedokteran Rumah Sakit Anak Cincinnati di Amerika Serikat beserta rekan-rekannya, telah meneliti efek racun dari kertas struk pada tingkat BPA di urine kita.
Shelley dan timnya merekrut 24 relawan yang memberikan sampel urine mereka sebelum dan sesudah memegang kertas struk, dengan atau tanpa sarung tangan.
Struk tersebut dicetak di atas kertas thermal dan dipegang terus-menerus selama dua jam. Hasilnya pun sangat mengejutkan.
Pada awal percobaan, sampel urine terdeteksi hanya mengandung BPA pada tingkat 83 persen.
Angka tersebut meningkat tajam menjadi 100 persen setelah para relawan diminta untuk memegang kertas struk terus menerus selama dua jam tanpa sarung tangan.
Angka tersebut meningkat tajam menjadi 100 persen setelah para relawan diminta untuk memegang kertas struk terus menerus selama dua jam tanpa sarung tangan.
Temuan ini tentu menjadi hal yang harus diperhatikan terutama bagi orang-orang yang harus terus bekerja dengan kertas-kertas struk tersebut, petugas kasir misalnya.
Petugas kasir di supermarket atau pom bensin harus terus berinteraksi dengan kertas beracun tersebut selama 40 jam atau lebih setiap minggunya.
Untuk itu Shelley berjanji akan terus melakukan penelitian ini, demi bisa mengetahui apa yang harus dilakukan oleh orang-orang tersebut.
Waspada, Pelaku Kejahatan Kini Bisa Gandakan Kartu ATM
Di era perkembangan teknologi sekarang ini, ada banyak pelaku kejahatan yang terus memanfaatkan peluang termasuk memanipulasi data di kartu ATM atau kartu kredit.
Modus ini terbongkar saat Subdit Resmob meringkus seorang perempuan berinisial RU alias A (31) pada 26 Maret 2016 lalu.
RU membobol rekening nasabah sejumlah bank dengan cara memindai data, lalu membuat kartu ATM duplikasi.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, mengatakan, RU diringkus polisi bersama komplotannya.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, mengatakan, RU diringkus polisi bersama komplotannya.
Krishna menjelaskan, kejahatan yang dilakukan RU dilakukan dengan cara menduplikasi data rekening korbannya.
Simak bagaimana kronologi kejahatan melalui ATM dan berhati-hati saat bertransaksi.
Simak bagaimana kronologi kejahatan melalui ATM dan berhati-hati saat bertransaksi.
Pelaku mengambil data rekening nasabah agar dapat menggunakan kartunya. Data rekening nasabah didapat dengan 2 cara.
Pertama, bisa melalui orang di dalam bank. Kedua, bisa juga dengan cara memasang "alat pembaca data kartu", baik untuk kartu ATM maupun kartu kredit.
Alat pembaca data ini disimpan di alat Electronic Data Chapter (EDC) yakni alat yang dipakai saat seseorang bertransaksi memakai kartu ATM atau kartu kredit.
"Jadi memang biasanya pelaku bekerjasama dengan orang dalam," kata Krishna. Melalui alat pembaca data itu, nanti data berupa nomor kartu, rekening, dan PIN kartu ATM atau kartu kredit bisa terbaca.
Selanjutnya, RU hanya perlu membeli bahan kartu untuk membuat kartu kredit atau kartu ATM. Kemudian memasukkan seluruh datanya ke kartu duplikat itu.
Krishna mengatakan bahwa kartu untuk membuat itu termasuk mudah didapatkan. Sehingga, sebaiknya kita lebih berhati-hati saat bertransaksi. Hindari membayar debit menggunakan kartu ATM di lokas-lokasi yang kurang meyakinkan. (*) (Tribunnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar