Keseimbangan alam semakin timpang. Embung, empang,
atau terminal, air semakin sedikit. Air pun melimpah ke mana-mana yang dirasa
lebih rendah.
================
Jakarta dilanda banjir boleh jadi sudah biasa. Saban tahun,
semakin banyak saja titik genangan di berbagai sudut Ibukota. Kita baru sedikit
mengernyitkan dahi tatkala di media tampil foto sejumlah jalanan –termasuk
sejumlah kendaraan—di kawasan elit Citraland Surabaya Barat, Jawa Timur,
dilanda banjir. Bahkan, sampai ada sebuah sedan yang tinggal menyisakan kap dan
sedikit kaca pintu.
Kota Surabaya terhitung jarang mengalami banjir, akan tetapi
saat hujan deras melanda di hari Rabu (24/2) lalu, Kota Pahlawan banjir di
beberapa lokasi. Tercatat kawasan pemukiman elit Citraland Surabaya Barat
mengalami banjir di beberapa ruas jalannya hingga 100 cm. Banjir terparah ada
di G-Walk Citraland. Ini adalah pertama kalinya terjadi peristiwa banjir selama
beberapa tahun belakangan. “Baru kali ini terjadi, sebelumnya tidak pernah.
Memang hujan kemarin luar biasa,” ungkap Direktur Ciputra Surya Tbk, Sutoto
Yakobus, Kamis (25/2), sembari menambahkan bahwa ruas jalan yang tergenang
terbatas di area yang rendah saja, 1-2 jam berselang surut kembali sehingga tak
banyak berpengaruh pada lalu lintas perumahan.
Menurut Sutoto, banjir disebabkan ujung saluran air menuju
Kali Makmur penuh oleh aliran dari wilayah di luar pemukiman elit itu.
“Sehingga aliran airnya antri. Aliran itu nanti berujung ke Kali Makmur.”
Lokasi lain yang sempat tergenang banjir di daerah sekitar
Citraland Kota Surabaya adalah Jalan Bukit Darmo Boulevard, Jalan Citra Raya,
Jalan Wiyung, hingga Jalan Lingkaran Dalam. Sistem drainase yang mampet dan tak
cukup besar dan lancar pun menyebabkan beberapa perumahan tergenang air
setinggi beberapa centimeter. Salah satunya adalah Perumahan Ketintang dan
Wiyung Surabaya. Di kawasan Wiyung sendiri banjir cukup parah karena Sungai
Kendal meluap hingga luber sampai jalan dan perumahan. Padahal beberapa tahun
lalu kejadiannya tak separah saat ini.
Banjir cukup besar juga terjadi di Kabupaten Sampang,
Madura, Jawa Timur, yang diguyur hujan selama tiga hari sejak Jumat (26/2)
sampai Senin (29/2). Di sejumlah titik perumahan warga, banjir mencapai
ketinggian 80-150 cm.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan
banjir disebabkan meluapnya Sungai Kemuning, karena tidak mampu menerima debit
air di kawasan hulu di Sampang Utara dan limpahan banjir dari Kota Sampang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo
Nugroho mengungkapkan, daerah yang paling parah terjadi banjir adalah di Jalan
Melati dan Mawar, di Kelurahan Dalpinang. Tinggi banjir di dua titik dataran
rendah itu mencapai 1 hingga 1,5 meter.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur
bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat terus melakukan
upaya penanganan banjir dengan membuat dapur umum, setelah Bupati Sampang
menetapkan status Tanggap Darurat Banjir yang berlaku 12 Februari hingga 12
Maret 2016.
Meskipun dalam status Tanggap Darurat, Sutopo mengungkapkan,
sebagian besar masyarakat tidak mau mengungsi ke tempat pengungsian di Pendopo
Sampang. Yang mau mengungsi, menurutnya, “hanya mau ditampung di Kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten Sampang dan dan di tepi jalan raya, agar tidak terlalu jauh
dari tempat tinggal mereka”. Sebagian memilih menumpang ke sanak saudaranya
yang tidak kebanjiran.
Kota Sampang adalah daerah rawan banjir karena posisinya, “lebih
rendah dari permukaan air laut saat pasang.” Kondisi ini diperburuk melupanya
Sungai Kemuning saat hujan lebat. Sebelumnya, pada 12 Februari 2016 juga
terjadi banjir di Kabupaten Sampang yang menyebabkan 6 desa/kelurahan terendam
banjir dan satu orang tewas terseret banjir.
Banjir Smapang, Surabaya dan Jakarta semakin melengkapi
penderitaan rakyat di berbagai wilayah yang lebih dulu dilanda banjir seperti
Sumatera Barat, Aceh, Bangka, Riau dan sebagian besar daerah aliran Sungai
Bengawan Solo.
Diperkirakan Februari-Maret merupakan puncak masa hujan dan potensi
banjir dapat berlangsung di sekian banyak wilayah Indonesia. Menurut Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan tetap dapat mengguyur
Sumatra Barat sampai beberapa hari ke depan. Potensi hujan sedang sampai lebat
terjadi di 21 wilayah seluruh Indonesia.
Jakarta tetap rawan banjir bawaan dari Bogor apabila
berlangsung hujan seharian. Tapi tahun ini relatif lebih baik dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Kita tetap harus waspada bila sewaktu-waktu banjir bandang
datang menerjang. (BN)
Boks:
Rumor Sabotase Sebab Banjir
Tahun ini genangan air masih tetap mewarnai berbagai sudut
Jakarta, termasuk genangan air di kawasan ring satu sekitar Istana Merdeka.
Sampai-sampai Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa
Ahok mengaku sempat curiga terhadap genangan air yang muncul pascahujan di
Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Terlebih lagi, setelah ada
pemeriksaan, pihaknya menemukan kulit kabel dalam jumlah besar yang menyumbat
aliran air di gorong-gorong dan got.
"Dulu pernah saya ditanya, apakah Jalan Medan Merdeka
Selatan akan tenggelam (tergenang air)? Saya bilang tak mungkin, kecuali ada
hambatan," kata Ahok, Jumat (26/2). Ahok sempat memperlihatkan foto
gundukan kabel di sejumlah got.
Ahok menuturkan aliran air berjalan normal kembali saat
tumpukan kulit kabel yang diperkirakan sebanyak satu truk tersebut diangkat
dari got. "Kalian lihat ini, ya. Ini adalah bekas bungkus kabel yang
dimasukkan ke dalam got. Soal ini perbuatan siapa, kami belum bisa
ngomong," ujar Ahok.
Menurut Ahok, tumpukan kulit kabel di saluran air itu
ditemukan pada Rabu (24/2). Dia mengatakan pihaknya yakin, selama semua saluran
air tersambung, Jakarta baru akan tenggelam jika hujan berkepanjangan terjadi
bersamaan dengan laut pasang (rob).
Jika dua kombinasi penyebab banjir itu bersatu, ucap Ahok,
Jakarta pasti tenggelam, karena posisi Ibu Kota 40 persen di bawah permukaan
laut. Ahok pun memberi contoh kondisi pascahujan yang terjadi sejak Kamis (25/2)
malam hingga Jumat (26/2) pagi.
Untuk memperjelas sabotase atau bukan, Ahok melaporkan
penemuan kulit kabel itu Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus)
Polda Metro Jaya. Polda Metro langsung bertindak memeriksa kulit kabel.
Kepolisian menduga ada indikasi tindak pencurian tembaga. Pasalnya, sampah
tersebut berupa bagian luar kabel sedangkan isinya berupa kabel hilang.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menyatakan dugaan
pencurian bisa saja terjadi. Lantaran, tembaga yang ada dalam kabel-kabel itu
punya nilai ekonomi cukup tinggi. "Bisa saja pencurian kabel, yang
penting, (pelakunya) orang yang tahu di situ ada kabel. Istilahnya harta
terpendam itu sebetulnya. Karena punya nilai ekonomis," kata Tito di Mapolda
Metro Jaya, Jakarta, Kamis (3/3), seperti dikutip http://news.metrotvnews.com.
Menurut Tito, si pencuri bisa saja cuma mengambil tembaga
yang menjadi pelindung logam dalam kabel. Si pencuri diduga mengambil sedikit
demi sedikit tembaga dengan memotong kabel dalam beberapa bagian.
"Sehingga kupasannya, bungkusnya tertinggal. Itu yang sangat mungkin
terjadi," kata Tito.
Tito juga bilang, si pencuri kemudian sengaja meninggalkan
bungkus kabel dan membiarkannya menumpuk. "Kalau diangkat dengan
kabel-kabelnya ketahuan karena harus bongkar jalan," ujar Tito. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar