ad

Jumat, 30 Mei 2014

Penipuan Berkedok Hadiah Mengintai di Jembatan Penyeberangan

KOMPAS.com/Indra Akuntono ilustrasi jembatan penyeberangan

Seorang warga Kayuringin, Bekasi, nyaris menjadi korban penipuan dengan modus hadiah jam tangan di sebuah jembatan penyeberangan antara dua mal di Jalan Ahmad Yani, Bekasi.

Perempuan bernama Riri (25) itu didesak hingga dalam posisi terpaksa membeli jam tangan yang disodorkan penipu.

"Saat itu saya hanya menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan. Ketika tepat di tengah-tengah jembatan, dua orang pria menghadang saya dan mencegah saya agar tidak bisa lewat," ujar Riri di lokasi kejadian pada Kamis, (29/05/2014) malam.

Riri menuturkan, kedua pria tersebut langsung menyodorkan sebuah jam tangan berwarna merah muda kepadanya. Mereka mengatakan jam tangan tersebut diberikan untuk Riri dan meminta Riri untuk berhenti sejenak.

Riri yang bingung dengan dua pria dihadapannya pun langsung berhenti mengikuti anjuran pria tersebut. Kedua pria tersebut langsung menyodorkan semacam kertas formulir berisi data nama dan tanda tangan.

"Boleh minta nama, alamat, dan tanda tangannya, Mbak, untuk data," ujar Riri yang menirukan ucapan pria tersebut.

Riri pun membubuhkan data dirinya secara asal. Riri mengatakan dirinya saat itu juga sedang terburu-buru. Setelah mendapat data, kedua pria tersebut pun belum mengizinkan Riri lewat. Pria itu malah menjelaskan kepada Riri tentang syarat apabila ingin membawa jam tangan tersebut pulang.

Riri mengatakan, pria tersebut menjelaskan bahwa jam tersebut adalah jam tangan impor. Riri kemudian diberi semacam pertanyaan kuis tentang asal negara jam tersebut. Riri diberi dua pilihan negara yaitu Swiss atau Jerman.

Awalnya Riri enggan menjawab. Tapi karena dipaksa, Riri menjawab secara asal. Dia menjawab jam tersebut berasal dari Swiss. Layaknya host acara kuis sebuah televisi, pria tersebut pun lantas memberi selamat kepada Riri karena jawabannya benar.

Riri yang semakin bingung dengan kondisi tersebut berniat untuk pergi. Namun, tidak diizinkan. Kemudian, kedua pria tersebut pun melanjutkan modus penipuan mereka.

"Setelah itu mereka langsung bilang ke saya harga asli dari jam tangan itu. Harganya sekitar Rp 200.000. Dan akan ada pamerannya juga di Senayan. Saya iyakan saja. Saat itu masih belum sadar arah tujuan mereka kemana. Lalu, mereka bilang. Karena saya benar menjawab pertanyaan tadi, saya bisa bawa pulang jam itu dengan harga Rp 30.000 saja. Saya kaget dong," ujar Riri emosi.

Kaget karena tiba-tiba disuruh membayar, Riri pun menolak. Namun, kedua pria tersebut mengatakan kepada Riri bahwa dirinya tidak bisa tidak membeli jam itu. Namanya sudah terdaftar dalam formulir dan Riri diwajibkan untuk membayar.

Merasa dicurangi, Riri pun menolak mentah-mentah aturan tersebut. Sempat terjadi adu argumen dengan nada tinggi antara keduanya. Riri yang kehilangan kesabaran akhirnya meletakan jam tangan tersebut begitu saja di bawah lantai jembatan penyeberangan.

Sedikit memaksa, Riri pun menerobos kedua pria yang sejak tadi menghalanginya dan pergi meninggalkan mereka. Kedua pria tersebut pun marah dan mengumpat Riri dengan kasar dari belakang.

"Mereka malah berbicara kasar pada saya saat saya tinggalkan. Saya kesal. Mereka buang-buang waktu saya," ujarnya.

Menurut Riri, ini adalah salah satu modus penipuan. Kedoknya adalah dengan memaksa korban untuk membeli sejumlah produk. Menurut Riri, perempuan-perempuan muda seperti dirinya biasanya menjadi sasaran penipu semacam ini.

Riri mengira hal ini karena perempuan jarang sekali bisa melawan jika terjebak dalam situasi seperti itu. "Saran saya, kalau ada yang seperti itu, langsung tinggalkan saja. Lapor polisi kalau perlu," ujarnya. (megapolitan.kompas.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar