ad

Senin, 07 Maret 2016

Banjir Belum Pasti Berlalu


Hasil gambar untuk banjir sampang

 Keseimbangan alam semakin timpang. Embung, empang, atau terminal, air semakin sedikit. Air pun melimpah ke mana-mana yang dirasa lebih rendah.
================

Jakarta dilanda banjir boleh jadi sudah biasa. Saban tahun, semakin banyak saja titik genangan di berbagai sudut Ibukota. Kita baru sedikit mengernyitkan dahi tatkala di media tampil foto sejumlah jalanan –termasuk sejumlah kendaraan—di kawasan elit Citraland Surabaya Barat, Jawa Timur, dilanda banjir. Bahkan, sampai ada sebuah sedan yang tinggal menyisakan kap dan sedikit kaca pintu.

Kota Surabaya terhitung jarang mengalami banjir, akan tetapi saat hujan deras melanda di hari Rabu (24/2) lalu, Kota Pahlawan banjir di beberapa lokasi. Tercatat kawasan pemukiman elit Citraland Surabaya Barat mengalami banjir di beberapa ruas jalannya hingga 100 cm. Banjir terparah ada di G-Walk Citraland. Ini adalah pertama kalinya terjadi peristiwa banjir selama beberapa tahun belakangan. “Baru kali ini terjadi, sebelumnya tidak pernah. Memang hujan kemarin luar biasa,” ungkap Direktur Ciputra Surya Tbk, Sutoto Yakobus, Kamis (25/2), sembari menambahkan bahwa ruas jalan yang tergenang terbatas di area yang rendah saja, 1-2 jam berselang surut kembali sehingga tak banyak berpengaruh pada lalu lintas perumahan.

Menurut Sutoto, banjir disebabkan ujung saluran air menuju Kali Makmur penuh oleh aliran dari wilayah di luar pemukiman elit itu. “Sehingga aliran airnya antri. Aliran itu nanti berujung ke Kali Makmur.”

Lokasi lain yang sempat tergenang banjir di daerah sekitar Citraland Kota Surabaya adalah Jalan Bukit Darmo Boulevard, Jalan Citra Raya, Jalan Wiyung, hingga Jalan Lingkaran Dalam. Sistem drainase yang mampet dan tak cukup besar dan lancar pun menyebabkan beberapa perumahan tergenang air setinggi beberapa centimeter. Salah satunya adalah Perumahan Ketintang dan Wiyung Surabaya. Di kawasan Wiyung sendiri banjir cukup parah karena Sungai Kendal meluap hingga luber sampai jalan dan perumahan. Padahal beberapa tahun lalu kejadiannya tak separah saat ini.

Banjir cukup besar juga terjadi di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, yang diguyur hujan selama tiga hari sejak Jumat (26/2) sampai Senin (29/2). Di sejumlah titik perumahan warga, banjir mencapai ketinggian 80-150 cm.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan banjir disebabkan meluapnya Sungai Kemuning, karena tidak mampu menerima debit air di kawasan hulu di Sampang Utara dan limpahan banjir dari Kota Sampang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, daerah yang paling parah terjadi banjir adalah di Jalan Melati dan Mawar, di Kelurahan Dalpinang. Tinggi banjir di dua titik dataran rendah itu mencapai 1 hingga 1,5 meter.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat terus melakukan upaya penanganan banjir dengan membuat dapur umum, setelah Bupati Sampang menetapkan status Tanggap Darurat Banjir yang berlaku 12 Februari hingga 12 Maret 2016.

Meskipun dalam status Tanggap Darurat, Sutopo mengungkapkan, sebagian besar masyarakat tidak mau mengungsi ke tempat pengungsian di Pendopo Sampang. Yang mau mengungsi, menurutnya, “hanya mau ditampung di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang dan dan di tepi jalan raya, agar tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka”. Sebagian memilih menumpang ke sanak saudaranya yang tidak kebanjiran.

Kota Sampang adalah daerah rawan banjir karena posisinya, “lebih rendah dari permukaan air laut saat pasang.” Kondisi ini diperburuk melupanya Sungai Kemuning saat hujan lebat. Sebelumnya, pada 12 Februari 2016 juga terjadi banjir di Kabupaten Sampang yang menyebabkan 6 desa/kelurahan terendam banjir dan satu orang tewas terseret banjir.

Banjir Smapang, Surabaya dan Jakarta semakin melengkapi penderitaan rakyat di berbagai wilayah yang lebih dulu dilanda banjir seperti Sumatera Barat, Aceh, Bangka, Riau dan sebagian besar daerah aliran Sungai Bengawan Solo.

Diperkirakan Februari-Maret merupakan puncak masa hujan dan potensi banjir dapat berlangsung di sekian banyak wilayah Indonesia. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan tetap dapat mengguyur Sumatra Barat sampai beberapa hari ke depan. Potensi hujan sedang sampai lebat terjadi di 21 wilayah seluruh Indonesia.

Jakarta tetap rawan banjir bawaan dari Bogor apabila berlangsung hujan seharian. Tapi tahun ini relatif lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kita tetap harus waspada bila sewaktu-waktu banjir bandang datang menerjang. (BN)



Boks:
Rumor Sabotase Sebab Banjir

Tahun ini genangan air masih tetap mewarnai berbagai sudut Jakarta, termasuk genangan air di kawasan ring satu sekitar Istana Merdeka. Sampai-sampai Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok mengaku sempat curiga terhadap genangan air yang muncul pascahujan di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Terlebih lagi, setelah ada pemeriksaan, pihaknya menemukan kulit kabel dalam jumlah besar yang menyumbat aliran air di gorong-gorong dan got.

"Dulu pernah saya ditanya, apakah Jalan Medan Merdeka Selatan akan tenggelam (tergenang air)? Saya bilang tak mungkin, kecuali ada hambatan," kata Ahok, Jumat (26/2). Ahok sempat memperlihatkan foto gundukan kabel di sejumlah got.

Ahok menuturkan aliran air berjalan normal kembali saat tumpukan kulit kabel yang diperkirakan sebanyak satu truk tersebut diangkat dari got. "Kalian lihat ini, ya. Ini adalah bekas bungkus kabel yang dimasukkan ke dalam got. Soal ini perbuatan siapa, kami belum bisa ngomong," ujar Ahok.

Menurut Ahok, tumpukan kulit kabel di saluran air itu ditemukan pada Rabu (24/2). Dia mengatakan pihaknya yakin, selama semua saluran air tersambung, Jakarta baru akan tenggelam jika hujan berkepanjangan terjadi bersamaan dengan laut pasang (rob).

Jika dua kombinasi penyebab banjir itu bersatu, ucap Ahok, Jakarta pasti tenggelam, karena posisi Ibu Kota 40 persen di bawah permukaan laut. Ahok pun memberi contoh kondisi pascahujan yang terjadi sejak Kamis (25/2) malam hingga Jumat (26/2) pagi.

Untuk memperjelas sabotase atau bukan, Ahok melaporkan penemuan kulit kabel itu Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya. Polda Metro langsung bertindak memeriksa kulit kabel. Kepolisian menduga ada indikasi tindak pencurian tembaga. Pasalnya, sampah tersebut berupa bagian luar kabel sedangkan isinya berupa kabel hilang.

Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menyatakan dugaan pencurian bisa saja terjadi. Lantaran, tembaga yang ada dalam kabel-kabel itu punya nilai ekonomi cukup tinggi. "Bisa saja pencurian kabel, yang penting, (pelakunya) orang yang tahu di situ ada kabel. Istilahnya harta terpendam itu sebetulnya. Karena punya nilai ekonomis," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (3/3), seperti dikutip http://news.metrotvnews.com.

Menurut Tito, si pencuri bisa saja cuma mengambil tembaga yang menjadi pelindung logam dalam kabel. Si pencuri diduga mengambil sedikit demi sedikit tembaga dengan memotong kabel dalam beberapa bagian. "Sehingga kupasannya, bungkusnya tertinggal. Itu yang sangat mungkin terjadi," kata Tito.

Tito juga bilang, si pencuri kemudian sengaja meninggalkan bungkus kabel dan membiarkannya menumpuk. "Kalau diangkat dengan kabel-kabelnya ketahuan karena harus bongkar jalan," ujar Tito. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar