ad

Jumat, 14 Agustus 2015

Lani, Mr. Brian dan Sri



Seorang kenalan, manajer sebuah perusahaan swasta nasional, begitu getol main chatting di media sosial FB. Sekitar setahun silam dia berkenalan dengan seorang wanita asal Indonesia yang mengaku tinggal di London, Inggris.  Wanita ini mengaku pula menjadi isteri kedua seorang lelaki asli London.
Dalam komunikasi yang lumayan intens, wanita itu –sebut saja Lani--lantas curhat atas persoalan rumah-tangganya. Lani bercerita bahwa isteri pertama suaminya mulai mengendus keberadaannya dan mengungkit-ungkit harta gono-gini sang suami.
Spontan Lani was-wasi, merasa khawatir dirinya bakal kehilangan semua hasil jerih-payahnya selama membuka usaha kuliner di London. Lani ingin menyelamatkan hartanya langsung dikirim ke kampung asalnya di Boyolali, Jawa Tengah. Tapi, ia mengaku terkendala oleh peraturan di Negeri Ratu Elizabeth yang melarang pengiriman uang dalam jumlah lebih dari 100 ribu dolar AS.
Lalu, Lani meminta kenalanku yang manajer tadi untuk bersedia menerima pengiriman dana lewat kurir di Bandara Soeakrno-Hatta, Cengkareng. Si manajer menyanggupi. Sebagai tanda keseriusan, Lani minta si manajer mengirimkan scan KTP lengkap dengan nomor ponsel yang bisa dihubungi.
Ringkas kisah, Lani menggunakan jasa kurir pribadi yang diperkenalkannya bernama Mr. Brian. Mendaratlah Mr. Brian di Bandara Cengkareng dengan menenteng dua koper yang konon katanya berisi uang sebanyak 3,5 juta dolar AS.
Beberapa saat berselang, seseorang mengaku bernama Sri dari Bea Cukai Bandara menghubungi kenalanku. Secara lengkap Sri menyebut nama lengkap kenalanku, persis sama dengan nama dan alamat yang tertera di KTP.
Lalu, Sri menyampaikan informasi bahwa Mr. Brian sudah dua hari di Bandara Cengkareng dan tidak bisa keluar kalau kenalanku tidak menjemputnya. Aroma tipu-tipu mulai tercium. Sri minta kenalanku membayar pajak sebesar Rp7,5 juta dan langsung ditransfer ke rekeningnya. Kontan, kenalanku mentransfer sesuai permintaan Sri.
Rupanya Sri ketagihan. Merasa permintaannya dipenuhi, Sri lalu minta kenalanku membaya asuransi atas dua koper bawaan Mr. Brian. Ya, asuransi sebesar Rp25 juta. Di sinilah kenalanku baru tersadar kalau jadi korban penipuan. Komunikasi dengan Sri pun terputus, sementara Lani masih saja menanyakan keberadaan Mr. Brian. Tak ingin merugi lebih banyak lagi, kenalanku juga memutuskan hubungan dengan Lani.  
Modus semacam ini tidak hanya memakan korban kenalanku yang seorang manajer perusahaan swasta nasional. Pernah pula menimpa seorang kenalan yang mantan petinggi BUMN. Bahkan aku pernah menerima chatting-an seseorang asal Bandung yang mengaku wirausahawan di Malaysia dan ingin menitipkan uang ke rekeningku. Namun kujawab, “Rekeningku ada di Bang Tal.” Langsung saja chatting berhenti.
Modus tibu-tipu semakin canggihdan “bermodal” besar –jutaan dolar AS. Siapa sih yang tidak tergiur transferan jutaan dolar di tengah menguatnya dolar di Indonesia. Cermat, teliti dan jangan mudah tergoda iming-iming di dunia maya. Biar pun terpuruk, sehari-sehari kita makan di warteg kan tetap pakai rupiah.
Budi N. Soemardji
Orang pinggiran Bekasi   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar