Seorang kenalan, manajer sebuah perusahaan swasta
nasional, begitu getol main chatting
di media sosial FB. Sekitar setahun silam dia berkenalan dengan seorang wanita
asal Indonesia yang mengaku tinggal di London, Inggris. Wanita ini mengaku pula menjadi isteri kedua
seorang lelaki asli London.
Dalam komunikasi yang lumayan intens, wanita itu –sebut
saja Lani--lantas curhat atas persoalan rumah-tangganya. Lani bercerita bahwa
isteri pertama suaminya mulai mengendus keberadaannya dan mengungkit-ungkit
harta gono-gini sang suami.
Spontan Lani was-wasi, merasa khawatir dirinya bakal
kehilangan semua hasil jerih-payahnya selama membuka usaha kuliner di London.
Lani ingin menyelamatkan hartanya langsung dikirim ke kampung asalnya di
Boyolali, Jawa Tengah. Tapi, ia mengaku terkendala oleh peraturan di Negeri
Ratu Elizabeth yang melarang pengiriman uang dalam jumlah lebih dari 100 ribu
dolar AS.
Lalu, Lani meminta kenalanku yang manajer tadi untuk
bersedia menerima pengiriman dana lewat kurir di Bandara Soeakrno-Hatta,
Cengkareng. Si manajer menyanggupi. Sebagai tanda keseriusan, Lani minta si
manajer mengirimkan scan KTP lengkap
dengan nomor ponsel yang bisa dihubungi.
Ringkas kisah, Lani menggunakan jasa kurir pribadi yang
diperkenalkannya bernama Mr. Brian. Mendaratlah Mr. Brian di Bandara Cengkareng
dengan menenteng dua koper yang konon katanya berisi uang sebanyak 3,5 juta
dolar AS.
Beberapa saat berselang, seseorang mengaku bernama Sri
dari Bea Cukai Bandara menghubungi kenalanku. Secara lengkap Sri menyebut nama
lengkap kenalanku, persis sama dengan nama dan alamat yang tertera di KTP.
Lalu, Sri menyampaikan informasi bahwa Mr. Brian sudah
dua hari di Bandara Cengkareng dan tidak bisa keluar kalau kenalanku tidak
menjemputnya. Aroma tipu-tipu mulai tercium. Sri minta kenalanku membayar pajak
sebesar Rp7,5 juta dan langsung ditransfer ke rekeningnya. Kontan, kenalanku
mentransfer sesuai permintaan Sri.
Rupanya Sri ketagihan. Merasa permintaannya dipenuhi,
Sri lalu minta kenalanku membaya asuransi atas dua koper bawaan Mr. Brian. Ya,
asuransi sebesar Rp25 juta. Di sinilah kenalanku baru tersadar kalau jadi
korban penipuan. Komunikasi dengan Sri pun terputus, sementara Lani masih saja
menanyakan keberadaan Mr. Brian. Tak ingin merugi lebih banyak lagi, kenalanku
juga memutuskan hubungan dengan Lani.
Modus semacam ini tidak hanya memakan korban kenalanku
yang seorang manajer perusahaan swasta nasional. Pernah pula menimpa seorang
kenalan yang mantan petinggi BUMN. Bahkan aku pernah menerima chatting-an seseorang asal Bandung yang
mengaku wirausahawan di Malaysia dan ingin menitipkan uang ke rekeningku. Namun
kujawab, “Rekeningku ada di Bang Tal.” Langsung saja chatting berhenti.
Modus tibu-tipu semakin canggihdan “bermodal” besar –jutaan
dolar AS. Siapa sih yang tidak tergiur transferan jutaan dolar di tengah
menguatnya dolar di Indonesia. Cermat, teliti dan jangan mudah tergoda
iming-iming di dunia maya. Biar pun terpuruk, sehari-sehari kita makan di
warteg kan tetap pakai rupiah.
Budi
N. Soemardji
Orang
pinggiran Bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar