esai ini ada di WARTA KOTA, 17 Juni 2015, halaman 7
Tak terasa bulan Ramadhan segera tiba. Umat
Muslim menyambut penuh suka cita bulan di mana umat diwajibkan menunaikan
ibadah puasa (shaum). Puasa berarti menahan diri dari makan, minum dan berjima
disertai niat ikhlas karena Allah Yang Maha Mulia dan Agung, karena puasa
mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan dan kecemerlangan diri dari
percampuran dengan keburukan dan akhlak yang rendah.
Tentu tidaklah mudah memahami manfaat puasa
bagi kesucian, kebersihan dan kecemerlangan diri. Ada baiknya kita memahami
manfaat ini pada puasa yang dilakukan oleh hewan. Ternyata puasa bukan hanya
monopoli pekerjaan umat manusia yang telah jelas-jelas diperintahkan
menjalankan puasa sebagaimana amanah Al Quran Surat al-Baqarah ayat 183. Bahwa
puasa yang dibebankan kepada manusia (baik manusia sekarang maupun manusia dari
generasi sebelum kita) bertujuan untuk mengubah kualitas hidup menjadi manusia
yang taqwa.
Sejumlah hewan melakukan praktik puasa secara
berkala dengan sebab dan tujuan yang berbeda dengan puasa manusia. Hewan-hewan
yang biasa puasa laiknya manusia, antara lain unta, ayam betina, ular, dan
ulat.
Puasa
Unta. Unta mampu berpuasa berhari-hari. Ketika
berjalan ratusan kilometer di padang pasir yang minim air dan makanan, unta pun
berpuasa. Puasa yang hampir sama dilakukan oleh beberapa jenis beruang yang
mampu berpuasa selama musim dingin. Kondisi alam yang ekstrimlah yang kemudian
memaksa unta dan beruang berpuasa.
Puasa
Ular.
Ular melakukan praktik puasa secara rutin. Hewan melata ini dalam waktu
tertentu berpuasa setelah terlebih dahulu mempersiapkan cadangan makanan di
perutnya. Puasa yang dilakukannya bertujuan untuk meningkatkan suhu badan
hingga beberapa derajat di atas normal guna melakukan pergantian kulit baru.
Jadi tujuan puasa yang dilakukan ular adalah untuk melakukan pergantian kulit.
Puasa
Ayam Betina. Ayam betina melakukan praktik
puasa (sekitar 21 hari) setiap kali mengerami telurnya. Dengan berpuasa suhu
badan ayam (Gallus sp.) akan meningkat sehingga telur yang dierami dapat
menetas menjadi anak-anak ayam.
Puasa
Ulat.
Salah satu fase metamorfosis ulat adalah menjadi kepompong. Selama menjadi
kepompong inilah ulat berpuasa agar tubuh ulat dapat dihancurkan dan menyisakan
beberapa sel saja yang kemudian tumbuh menjadi kupu-kupu. Dengan ritual puasa,
ulat yang menjijikkan dan perusak tanaman berubah menjadi kupu-kupu yang anggun
dan bermanfaat bagi penyerbukan bunga.
Mari kita renungi model puasa keempat hewan
tersebut. Yang paling ideal kita belajar puasa dari ulat, di mana usai puasa
kita menjadi makhluk yang indah (akhlak), kuat (aqidah) dan bermanfaat (rajin
berbagi lewat sedeqah) bagi sesama. Jangan sampai kita berpuasa model unta yang
berpuasa lantaran dipaksa keadaan. Terlebih lagi berpuasa seperti ular yang
sekadar ganti penampilan namun tetap saja buas, berbisa dan lebih agresif.
Marhaban
ya Ramadhan. (Budi Nugroho, orang pinggiran Bekasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar