ad

Kamis, 17 Maret 2016

Formasi Kecam Aksi Pembalakan Hutan Mangrove di Mapin, Aparat Harus Bertindak Tegas

 Forum Masyarakat Anti Korupsi (Formasi) kecam aksi pembalakan hutan mangrove (bakau) yang terjadi di Desa Usar Mapin dan Desa Labuhan Mapin. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi diduga sebagai pelaku pembalakan beberapa tahun terakhir ini.
Ketua Formasi Julfan Arif kepada Gaung NTB, Rabu (17/2), berharap agar aparat berwenanga agar segera bertindak cepat sebelum semua hutan mangruv itu rusak.
“Apabila aparat tidak hadir dalam mengatasi persoalan pelik di tengah masyarakat, maka kemana lagi masyarakat harus mengadu,” katanya
Menurutnya, bukan hanya hutan bakau di wilayah pesisir Alas Barat saja yang sudah mulai rusak, juga di tempat-tempat lain kondisinya lebih parah, hanya saja katanya tidak ada masyarakat yang berani bersuara saja.
“Mulai sekarang Pemerintah Kecamatan, aparat kepolisian, dan kehutanan silahkan lakukan patroli di areal sekitar hutan bakau,” pintanya.
Menurutnya, apapun alasan yang disampaikan masyarakat terkait aksi penebangan pohon bakau secara berlebihan tidak dapat dibenarkan.
“Jangan sampai kita hadir saat alam sudah mulai murka seperti terjadinya banjir dan naiknya permukaan air laut ke pemukiman warga yang disebabkan tidak ada lagi hutan bakau sebagai penyangga” ucapnya.
Bagi Julfan, ada banyak dampak negatif yang timbul apabila bakau itu terus menerus dibabat, seperti merusak ekosistem di sekitar kawasan hingga pada akhirnya mengurangi mata pencaharia masyarakat nelayan setempat. Padahal, keberadaan dari hutan mangrove sangat bermanfaat, seperti menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, Manahan badai atau angin kencang dari laut, serta Manahan hasil proses penimbunan lumpur.
    Tak hanya itu, keberadaan hutan mangrove juga memungkinkan terbentuknya lahan baru dan menjadi wilayah penyangga, berfunggsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar dan mengolah limbah beracun, serta penghasil O2 dan penyerap CO2.
Sementara itu, Julfan memaparkan, fungsi biologinya dapat menghasilkan bahan pelapukan sebagai pakan penting bagi plankton. “ini indikator bagi keberlanjutan rantai makanan, tempat memijah dan berkembangbiaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang serta tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak burung dan satwa lainnya,” tuturnya.
Senada dengan pendapat diatas, Choncong Bagenda masyarakat sekaligus penggagas penanaman hutan bakau di wilayah kecamatan alas barat kepada Gaung NTB mengatakan ada banyak manfaat dari keberadaan hutan bakau selama ini, diantaranya sebagai sumber mata pencarian warga setempat
“Disekitar hutan bakau kami biasa menangkap kepiting, udang dan ikan berbagai jenis” katanya.
 Selain itu, Daeng sapaan akrabnya membeberkan, bahwa sekarang ini disekitar hutan bakau marak terjadi pembalakan oleh masyarakat setempat.
 “Sungguh miris memang, tapi aksi tersebut tidak dapat dihentikan hanya oleh segelintir orang seperti saya, tapi keberadaan takeholders seperti polisi dan kehutanan sangat diharapkan, saya sudah capek mengadu karena tidak pernah terselesaikan” demikian tutup Daeng. (http://www.gaungntb.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar