Forum Masyarakat Anti Korupsi (Formasi) kecam aksi
pembalakan hutan mangrove (bakau) yang terjadi di Desa Usar Mapin dan
Desa Labuhan Mapin. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi diduga
sebagai pelaku pembalakan beberapa tahun terakhir ini.
Ketua Formasi Julfan Arif kepada Gaung NTB, Rabu (17/2), berharap agar
aparat berwenanga agar segera bertindak cepat sebelum semua hutan
mangruv itu rusak.
“Apabila aparat tidak hadir dalam mengatasi persoalan pelik di tengah
masyarakat, maka kemana lagi masyarakat harus mengadu,” katanya
Menurutnya, bukan hanya hutan bakau di wilayah pesisir Alas Barat saja
yang sudah mulai rusak, juga di tempat-tempat lain kondisinya lebih
parah, hanya saja katanya tidak ada masyarakat yang berani bersuara
saja.
“Mulai sekarang Pemerintah Kecamatan, aparat kepolisian, dan
kehutanan silahkan lakukan patroli di areal sekitar hutan bakau,”
pintanya.
Menurutnya, apapun alasan yang disampaikan masyarakat terkait aksi
penebangan pohon bakau secara berlebihan tidak dapat dibenarkan.
“Jangan sampai kita hadir saat alam sudah mulai murka seperti
terjadinya banjir dan naiknya permukaan air laut ke pemukiman warga yang
disebabkan tidak ada lagi hutan bakau sebagai penyangga” ucapnya.
Bagi Julfan, ada banyak dampak negatif yang timbul apabila bakau itu
terus menerus dibabat, seperti merusak ekosistem di sekitar kawasan
hingga pada akhirnya mengurangi mata pencaharia masyarakat nelayan
setempat. Padahal, keberadaan dari hutan mangrove sangat bermanfaat,
seperti menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan
sungai dari bahaya erosi dan abrasi, Manahan badai atau angin kencang
dari laut, serta Manahan hasil proses penimbunan lumpur.
Tak hanya itu, keberadaan hutan mangrove juga memungkinkan
terbentuknya lahan baru dan menjadi wilayah penyangga, berfunggsi
menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar dan mengolah limbah
beracun, serta penghasil O2 dan penyerap CO2.
Sementara itu, Julfan memaparkan, fungsi biologinya dapat
menghasilkan bahan pelapukan sebagai pakan penting bagi plankton. “ini
indikator bagi keberlanjutan rantai makanan, tempat memijah dan
berkembangbiaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang serta tempat
berlindung, bersarang dan berkembang biak burung dan satwa lainnya,”
tuturnya.
Senada dengan pendapat diatas, Choncong Bagenda masyarakat sekaligus
penggagas penanaman hutan bakau di wilayah kecamatan alas barat kepada
Gaung NTB mengatakan ada banyak manfaat dari keberadaan hutan bakau
selama ini, diantaranya sebagai sumber mata pencarian warga setempat
“Disekitar hutan bakau kami biasa menangkap kepiting, udang dan ikan berbagai jenis” katanya.
Selain itu, Daeng sapaan akrabnya membeberkan, bahwa sekarang ini
disekitar hutan bakau marak terjadi pembalakan oleh masyarakat setempat.
“Sungguh miris memang, tapi aksi tersebut tidak dapat dihentikan
hanya oleh segelintir orang seperti saya, tapi keberadaan takeholders
seperti polisi dan kehutanan sangat diharapkan, saya sudah capek mengadu
karena tidak pernah terselesaikan” demikian tutup Daeng. (http://www.gaungntb.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar