ad

Sabtu, 24 Mei 2014

Kusni Kasdut, Antara Pelaku Kriminal dan Robin Hood

Kusni Kasdut, bernama asli Waluyo, adalah seorang anak yatim dari keluarga petani miskin di Blitar. Siapa yang tidak kenal pria ini pada era 70-an. Ia menjalani vonis hukuman mati gara-gara sederet kasus hukum, antaralain adalah perampokan disertai dengan pembunuhan seorang arab kaya bernama Ali Badjened pada tahun 1960-an dan perampokan Museum Jakarta Nasional, tepatnya tanggal 31 Mei 1961.
Suami dari Sri Sumarah Rahayu Edhiningsih, wanita keturuan indo ini dihukum mati di depan regu tembak pada 16 Februari 1980. Sebelum dieksekusi mati, Kusni Kasdut sempat beberapa tahun jadi buronan paling dicari oleh aparat kepolisian dengan serangkaian aksi kejahatannya.
Kusni Kasdut di tangkap di Semarang. Saat itu ia hendak menggadaikan permata hasil rampokannya. Pada masanya, Kusni Kasdut dikenal sebagai spesialis penjahat “barang antik”. Karena kejahatan itulah ia harus berurusan dengan polisi.
Awalnya, Kusni Kasdut termasuk salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia masuk dalam deretan pejuang revolusi saat melawan penjajah Belanda, termasuk orang yang turut mengusir pelaku yang mengeksploitasi warga nusantara.
Usman, Mulyadi dan Abu Bakar-lah yang mengundangnya bergabung dalam barisan pasukan pejuang kemerdekaan. Subagio menggolongkannya sebagai “singa tempur”. Kusni Kasdut diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin pasukan dalam berperang. Namun kisah heroiknya tidak pernah dicatat oleh sejarah.
Pasca kemerdekaan, Kusni Kasdut memilih jalannya sendiri, yakni menjadi pelaku kriminal. Sejumlah referensi saya dapatkan mengungkap bahwa hal ini ia lakukan sebagai bentuk merajuk kepada pemerintah, karena jasanya sebagai pejuang tidak dibalas dengan baik oleh pemerintah.
Ia pernah tercatat beberapa kali mencoba menjadi TNI, namun selalu gagal. Padahal ia punya pengalaman perang semasa revolusi 45. Bentuk penolakan ini dilakukan karena nama Kusni Kasdut dianggap tidak pernah tercatat dalam kesatuan. Selain itu, ia diketahui cacat fisik. Terdapat bekas luka tembak di kaki kirinya, luka itu didapatkan saat kontak fisik melawan Belanda.
Kusni Kasdut menanganggap kegagalannya untuk menikmati nuansa kemerdekaan dari hasil keringatnya dan penghidupan yang layak, seperti para pejuang pada umumnya adalah bentuk diskriminasi. Kusni Kasdut menganggap pemerintah seolah-olah memperlakukannya secara tidak adil.
“Habis manis sepah dibuang” begitulah kira-kira Kusni Kasdut beranggapan sehingga ia mencari jalannya sendiri. Kegagalan demi kegagalan pendapatkan penghidupan yang layak serta mencari rejeki yang halal untuk menyambung hidup anak isternya membentuk kepribadian brutalnya.
Berbekal sepucuk pistol, Kusni Kasdut mencari keadilannya sendiri. Ia menaggap, jalan satu-satunya untuk menghidupi anak isternya yang sudah terlantar adalah mencari makan meski digapai dengan cara yang tidak halal.
Bersama teman-teman seperjuangannya yang bernasib sama, Kusni Kasdut merancang sejumlah aksi criminal. Semasa berperang Kusni Kasdut dikenal garang. Jika mendapatkan musuh, ia tidak segan-segan membunuh. Alasannya adalah bayang-bayang siksaan dalam penjara colonial jika tertangkap penjajah.
Kusni Kasdut sempat dijuluki “Robin Hood” dari Indonesia. Belakangan diketahui, hasil rampokannya itu sering dibagi-bagikan kepada rakyat miskin. Hal tersebut dilakukannya bersama Bir Ali, pemilik nama lengkap Muhammad Ali, yang juga mantan suami Elya Khadam, penyanyi era 60-an.
Kisah Kusni Kasdut pernah dimuat bersambung oleh salah satu media masa di Indonesia, sekitar tahun 1979. Tulisan tentang sepak terjang penjahat kelas kakap ini berjudul “Kusni Kasdut”.
Bir Ali yang senasib dengan Kusni Kasdut, yakni bekas pejuang 45, merenggang nyawa saat aksi baku tembak dengan polisi. Bir Ali bukan hanya sahabat, ia juga adalah tangan kanan, orang kepercayaan dan pengikut setia Kusni Kasdut.
Pelajaran yang dipetik dari kisah Kusni Kasdut adalah jangan pernah melupakan jasa baik orang, meski sekecil apapun. Seseorang yang baik bisa saja menjadi pelaku criminal jika dalam kondisi terdesak pada aspek ekonomi (lapar).
Kusni Kasdut adalah pahlawan saat ia bersama para pejuang kemerdekaan lainnya. Ia adalah pahlawan yang terlupakan. Namun setelah melakukan aksi criminal besar-besaran ia adalah penjahat di mata hokum. (Muhammad Juanda, staf LBH Progesif Kabupaten Tolitoli/sosok.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar