ad

Senin, 27 Juli 2015

Pariwisata Indonesia bakal hancur karena getok harga dan premanisme

Pariwisata Indonesia bakal hancur karena getok harga dan premanisme
Air Terjun Curug Luhur. ©sobatpetualang.com
 
 Cerita pilu dirasakan oleh pengunjung yang menikmati liburan di Curug Luhur. Saat berwisata ke lokasi yang dekat dengan kaki Gunung Salak di Desa Gunung Malang, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Purnama Wijaya justru dikenakan tarif selangit.
Pada Minggu (19/7), setelah lebaran Purnama mengajak keluarganya berlibur. Bukannya menyenangkan, Purnama justru mendapat pengalaman tak menyenangkan karena pemilik lokasi wisata sampai mengundang preman untuk mengintimidasi mereka.

Purnama mengaku diminta membayar uang sebesar Rp 1 juta, padahal dia sudah berencana membatalkan kunjungan. Saat itu, lanjutnya, pelaku beralasan, Purnama dan keluarganya telah memasuki area wisata.

"Ada saksi dari petugas DLLAJ, kami jelaskan ini enggak wajar, enggak jadi (wisata) dan belum turun tapi sudah disuruh bayar. Harusnya kami bayar parkir, bukan denda Rp 1 juta, malah lebih mahal dari harga masuk Rp 900 ribu," keluh Purnama.

Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar menilai kejadian seperti ini seharusnya tidak perlu terjadi. Seharusnya, kata dia, pengelola tempat wisata bersikap ramah memberikan pelayanan terhadap warga.

"Kalau sampai jutaan tarif seperti itu betul-betul mengeruk uang masyarakat, seharusnya ini dilakukan investigasi menindak oknum yang melakukan itu," kata Musni kepada merdeka.com, Jumat (24/7).

Seharusnya, Musni menambahkan, saat libur lebaran seperti itu justru tempat wisata memberikan potongan harga karena jumlah pengunjung berlipat ganda. Kejadian seperti itu jelas akan membuat masyarakat jengah dan membuat citra pariwisata dalam negeri semakin buruk.

"Jangan rakyat dijadikan bulan-bulanan, ditekan sana sini. Rakyat tak dapat kehidupan lebih menyenangkan," tegas Wakil Rektor 1 Universitas Ibnu Chaldun itu.

Dengan adanya kejadian itu, menurut Musni, apalagi sampai menurunkan preman membuat masyarakat kapok untuk datang kembali. "Harusnya beri pelayanan prima, jangan ada pemerasan, menyedihkan sekali sampai ada preman," tandasnya.

Dalam kejadian itu karena menolak membayar Rp 1 juta, Purnama dan keluarganya lantas diintimidasi dengan senjata tajam, bahkan sempat baku hantam. Purnama enggan memperpanjang masalah tersebut karena tidak mengalami kerugian yang sukup signifikan.

Agar tidak menjadi korban berikutnya, dia menyarankan pengunjung yang ingin mendatangi lokasi wisata Curug Luhur, agar parkir jauh dari tempat tersebut. Baginya, lebih baik waspada agar tak menjadi korban.

sumber: www.merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar