Jika
Anda melakukan praktik suap dalam setahun terakhir, Anda tidak sendirian.
Menurut survei terbaru lembaga pemantau korupsi Transparency International,
lebih dari seperempat orang di seluruh dunia membayar suap ketika berhadapan
dengan pelayanan publik dalam 12 bulan terakhir.
Barometer
Korupsi Global 2013 Transparency International didasarkan pada wawancara dengan
114.270 orang di 107 negara. Lembaga itu menggunakan survei opini publik untuk
memperkirakan prevalensi korupsi di lembaga-lembaga nasional di seluruh dunia.
Laporan
itu menyimpulkan, sebagaimana dilaporkan Huffington Post, Rabu (10/7/2013),
meskipun suap merupakan masalah global, praktik itu tidak merata di seluruh
dunia.
Berdasarkan
laporan tersebut, kurang dari 5 persen responden di 16 negara mengaku
memberikan suap, sementara lebih dari setengah orang-orang yang disurvei di 14
negara lain melaporkan bahwa mereka membayar suap kepada para pejabat publik.
Dari 14 negara, 11 berada di Afrika. Negara-negara Afrika itu antara lain Libya
pasca-Khadafy, dengan 62 persen responden melaporkan mereka telah membayar
suap; dan Liberia, yang punya angka menakjubkan, yaitu 75 persen responden
telah menyogok para pejabat. Di Kenya, yang para legislatornya baru-baru ini
berupaya untuk menaikkan gaji mereka hingga 84 kali lipat dari rata-rata gaji
orang Kenya, 70 persen responden mengatakan bahwa mereka telah memberi suap
untuk para pejabat.
Denmark,
Finlandia, Jepang, dan Australia termasuk negara-negara yang tergolong bersih
dari korupsi. Hanya 1 persen responden di masing-masing negara itu yang mengaku
telah membayar suap untuk pejabat publik.
Di
Amerika Serikat, secara rata-rata 1 dalam 14 orang mengatakan bahwa mereka
membayar suap kepada pejabat publik. Dari mereka yang membayar itu, 7 persen
mengatakan mereka menyogok polisi, 11 persen mengatakan mereka menyuap
penyidik, dan 15 persen mengatakan mereka menyuap hakim. Warga Amerika juga
mengatakan melihat partai politik sebagai lembaga publik terkorup, dengan 76
persen responden menyatakan bahwa partai politik dicemari korupsi.
Di 36
negara, termasuk Indonesia, para responden menyebutkan bahwa kepolisian
merupakan lembaga yang paling korup.
Data
suap dari 12 negara lain tidak dapat dimasukkan dalam survei itu karena
kekhawatiran terkait validitas data. Beberapa negara dalam kelompok ini sudah
terkenal punya masalah korupsi, termasuk Rusia, Albania, dan Brasil. Di
negara-negara tersebut, layanan publik yang buruk dan pajak yang tinggi telah
mendorong protes massal pada Juni lalu. (kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar