(Petualangan Seorang
Preman Mencari Tuhan)
Limabelas tahun silam
Sepulang dari balik
jeruji besi
Entah untuk ke berapa
kali
Zaka seorang diri
Tiada lagi jabat
tangan menyalam
Hanya ada nyinyir dan
cibir
Tetangga-tetangga yang
putih kelir
Zaka pun kembali ke
dunia orang-orang pinggir
Dalam warna pahit dan
getir
Suatu siang
Limabelas tahun lampau
Dalam keriuhan
terminal bus kota
Di keliling orang-orang
pinggir
Yang menyebut diri preman
Geng Gajah
Tiba-tiba mata Zaka membelalak
Bagai mengikuti ruh
yang hendak luruh
Tato gajah di lengannya
yang kekar terasa terbakar
Kerikil-kerikil tajam
membara
dari cericit burung-burung
di langit
Tak hanya Zaka seorang
yang membelalak
seakan ruh akan luruh
Orang-orang pinggir yang
tengah berteriak “Garogol, Garogol...”
pun spontan membelalak
Tato-tato gajah di
lengan mereka
Pekat menghitam
terbakar
Kerikil-kerikil tajam membara
dari cericit burung-burung
di langit
Terkapar
Menggelepar
tapi tetap sadar
panas bagai tersapu
lahar
Orang-orang penantian
bus kota
Nanar memandang
Syakwasangka menatap
Zaka dan orang-orang
pinggir
Mengerjap-ngerjap
Mengelojot-ngelojot
Menahan sakit yang tak
terperi
Orang-orang penantian
bus kota
Kaku mematung
Diam membisu
Tiada tangan mengulur
OoO
Zaka termangu
Menguliti tato gajah
Yang diserang cericit
burung-burung di langit
Bandul waktu
Seakan berputar ke
masa lalu
Saat Zaka dan gengnya merampok
bos SPBU
yang membawanya ke Penjara
Banceuy1)
lalu...
Bersua seorang alim
yang terzalim
Dicap sebagai
perongrong dasar negara
oleh penguasa lalim
gara-gara koleksi buku
The Road To Life
karya Makarenko2)
Yang memberi pelajaran
‘Tuk jadi orang takzim
Pada taklim at-ta’ibin
Menuju jalan
pertobatan
Kembali ke titian
serambut dibelah tujuh
Berkisahlah si alim:
Tentang cericit
burung-burung di langit
Tergabung dalam kompi sayap-sayap
Batalion kedelapan
Yang keluar atas
perintah Tuhan
Pernah menghancurkan
Negeri Kaum Luth
Datang
berbondong-bondong
Dengan batu-batu berselimut
bara
Zaka melirik
Tato gajah di lengan
kanan
Si alim terus
berkisah:
Tentang pasukan
Abrahah
Dengan tentara gajah
Yang melumat apa saja
Seperti melumatnya
daun pepohonan
Yang terus merangsek
Menuju batas kota
Mekkah
Hendak hancurkan
Ka’bah
Cericit burung-burung
di langit
Menghadang
Batu-batu berselimut
bara menerjang
Tentara bergajah bagai
daun-daun terkunyah
Zaka kembali melirik
Tato gajah di lengan
kanan
Rasanya ingin
menghapus
Tapi ...
Zaka tak hendak
Turun tahta dari puncak
Geng Gajah
OoO
Zaka terus terdiam
Sang kala
Memutar memori masa
silam
Ketika memperkosa
primadona Dolly
Yang membawanya
menghuni Penjara Kalisosok3)
Berkenalan dengan Terpidana
Mati
Perampok kelas kakap
spesialis barang antik
menggegerkan Gedung
Gajah
menggondol 11 koleksi
permata
merampok dan membunuh
saudagar berlian
membagi buat orang
miskin
Sang perampok
berkisah:
Dengan ajian gajah
oleng
Sang perampok beraksi
Perkasa menerobos terali
besi
Penjara Lowokwaru4)
Jejak tak terlacak
Hari berganti
Terasa sepi sendiri
Hilang empati dan
simpati
Zaka tidak jumpai
Sang perampok kelas
kakap
Tlah kabur menggergaji
jeruji
Orang-orang luar
penjara jadi ketar-ketir
Aksi-aksi sang
perampok
Membuat miris hati
Polisi terus memburu
Hidup atau mati
Dalam aksi baku-tembak
Semua anak buah sang
perampok
di tapal batas
kehidupan
di bibir kematian
Dan suratan tangan
Dalam genggam regu
tempak
Saat dinihari
Di pantai pasir putih
Zaka terinspirasi
Menato lengan dengan
gambar gajah
Memperbesar nyali
Pada aksi-aksi yang
kian berani
Penuh ambisi sakit
hati
Terpinggirkan lantaran
justifikasi
Zaka terinspirasi
Lari dari Kalisosok
Lepas dari eksekusi
mati
Bersua anak-isteri
Melepas rindu-merindu
Merajut mimpi-mimpi
Kehangatan mahligai di
kaki bukit
Nalar dan kreativitas
lama terpasung terali
besi
Sontak saling memantik
Sepotong besi5)
di pojok sel
Buat gangsir
gorong-gorong
Berujung di pojok
belakang penjara
Langsung bermuara di
jalan raya
Zaka mengejar truk
sapi
Menumpang sampai
Stasiun Turi
Ingin mengejar sepur
Satu tekad satu tujuan
Ke Jakarta dia kan
kembali
Semalam suntuk
terpekur
Dalam derit roda-roda
sepur
Surabaya-Jakarta tak
terukur
Terasa sekejap tiba di
Stasiun Senen
Sedikit gontai Zaka
melangkah
ke kampung Kramat
Tunggak
Kawan lama telah
menanti
Terinspirasi Seorang
Wali
yang bekas perampok
budiman
membagikan hasil
rampokan
pada orang-orang
miskin dan papa
Kisah Seorang Wali
yang menggores
kuat dalam benak Zaka ketika
masa kanak
Semakin kuat tekad
Tatkala baca cerita
Robbin Hood
perampok baik hati
dari desa kecil
Nottingham, Inggris
Zaka dan kawan lama
Berkongsi dalam Geng
Gajah
Satu demi satu
Si kawan lama mencari
calon gangster
yang mau ditato gambar
gajah oling
yang mau berbagi
dengan kaum papa
yang pantang melukai korban
Geng Gajah
Belasan gangster
Dengan nyali besar
Mulai merambah Jakarta
Menyasar toko emas dan
nasabah bank
Cikini, 1979
Gempar
Geng Gajah beraksi
dengan lima pistol Colt
kaliber 38
satu granat nanas
dan puluhan butir
peluru
Empat toko emas
dikuras
Puluhan kilogram
terampas
Lalu Zaka dan gengnya kabur
nyaris tanpa bekas
Polisi datang kemudian
Cuma mendapati
bekas-bekas pijak kaki
Kampung Bali, Tanah
Abang, 1985
Dua karyawan CV Bambu
Kuning
Dengan mobil berjeruji
Hendak setor tunai ke
bank
Mobil Geng Gajah berhenti
menyilang
Dua motor anak buah
Zaka menyamping
Acungkan pistol di
jendela karyawan nahas
Dua orang polisi patroli
melintas
Mencoba sigap menyergap
Terlibat aksi baku tembak
Dua anak buah Zaka tewas
Zaka dan tiga kawannya
kabur
Zaka pun buron
Dia lari dari
Panarukan sampai Anyer
Masuk sebuah goa nan gelap
dan angker
Berharap bisa
menghilang
Tapi, dia ditangkap tentara
yang latihan operasi
militer
Meja hijau telah
menunggu
Dakwaan jaksa
berlapis-lapis:
merampok toko emas
merampas nasabah bank
menembak mati polisi
kabur dari Penjara
Kalisosok
menebar rasa takut
akan kejahatan
Hukuman mati hampir
pasti
Cuma keajaiban yang
memperingan
dan rasa adil nurani
sang hakim
Ketika sampai pledoi
Zaka hanya berucap
“Saya bagi hasil
jarahan untuk orang miskin”
Lalu ...
tatkala tiba sang
hakim jatuhkan vonis
Zaka dihukum seumur
hidup
di Penjara Permisan,
Nusakambangan6)
OoO
Hari-hari sunyi di
Permisan
Bersama orang-orang
dengan catatan
kriminal
kekerasan yang
melegenda
Syahdan, sewaktu
datang bulan puasa
Seorang napi kriminal
yang dikenal sadis
menjalani ibadah puasa
Di akhir bulan puasa
Mulut si napi dibasahi
takbir dan tahmid
dalam derai air mata
dan sesak dada
penyesalan
Karena khilaf
menzalimi sesama manusia
Zaka termangu
Dalam jiwa yang hampa
Tak tahu hendak ke
mana
Segunung dosa tak
terampun
Dia kembali teringat
orang alim di Banceuy
Pasukan bergajah kalah
dari cericit burung di langit
Ada janji dari Allah
Yang Maha Pengampun
“Maka barangsiapa
bertobat
(di antara
pencuri-pencuri itu)
setelah melakukan
kejahatan dan memperbaiki diri
sesungguhnya Allah
menerima tobatnya”7)
Tak ingin gunung
dosanya tak terampun
Zaka pilih ikut taklim
Permisan
Dia ingin membaca
syahadat
bertekad tobat
Meretas kehidupan baru
Belajar membaca
Al-Qur’an
Mendalami aqidah,
akhlak dan syariah
Dalam hubungan sesama
napi
Dia berbagi
keterampilan
cara mengasah batu
akik yang baik
Tidak terasa
Hukuman seumur hidup
jadi limabelas tahun
bahkan, lebih singkat
lagi
cukup duabelas tahun
dijalani
OoO
Jakarta, 1997
Zaka kembali menghirup
dunia bebas
Tekadnya telah bulat
Menjadi muslim yang
utuh
Itu pula, titik mula
Ke rumah dai sejuta
umat
Belajar membangun
hubungan sesama manusia
Ke rumah raja dangdut
Belajar berdakwah sesuai
irama
Ke pesantren Krapyak
Belajar manajemen
pendidikan
Relasi dengan para
kepala penjara
Dirajut dalam jejaring
silaturahim
Dan kini
Hari-hari Zaka
dilewatkan
Dari penjara ke
penjara
Mengenalkan Islam
sebagai jalan keluar
dari persoalan
bukan sebatas dosa dan
pahala
surga dan neraka
Mengajarkan jalan
lurus
kumpulan noktah-noktah
putih
bagai cericit
burung-burung di langit
menjadikan tentara
bergajah seperti daun-daun terkunyah
OoO
---------------------
1)Penjara
Banceuy merupakan salah satu dari tiga penjara tua di Kota Bandung, Jawa Barat,
dua lainnya adalah Penjara Kebonwaroe dan Penjara Soekamiskin. Kini bangunan
Penjara Banceuy tinggal menyisakan satu sel berukuran 1x1,7 meter yang dulu
pernah ditempati oleh Presiden Pertama RI Ir. Soekarno saat menjalani hukuman
yang dijatuhkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Penjara Banceuy telah
dirobohkan dan dijadikan bangunan pusat perbelanjaan yang nyaris tidak
berkembang dan kini terasa mendekati kumuh.
2)Makarenko
adalah seorang pedagog Rusia tersohor
3) Penjara Kalisosok
adalah bekas penjara yang terletak di kawasan utara Surabaya, Indonesia.
Penjara ini dibangun pada masa pendudukan Belanda dan pernah digunakan menjadi
tempat penahanan sejumlah tokoh kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno dan Kiai
Haji Mas Mansur. Bahkan KH Mas Mansur sampai wafat di penjara ini pada tahun
1946.Penjara juga cukup akrab dengan penjahat-penjahat kelas kakap seperti
Kusni Kasdut yang amat terkenal dalam aksi perampokannya di era 1970-an.
4)Penjara
Lowokwaru berada di Malang, Jawa Timur. Di penjara ini “Tokoh
Kiri” Amir Syarifudin pernah disekap dan disiksa oleh penguasa Jepang dengan
digantung. Kemudian sekitar tahun 1965-1966, penjara ini dipenuhi ratusan orang
yang dicap golongan kiri yang menurut pengakuan tahanan Harsutejo, langsung
digelandang dan dibunuh.
5)
Sekeping
pecahan botol bisa menjadi pisau cukur memadai. Sepotong paku atau besi apa
saja bisa dijadikan pisau tajam. Bahkan, para tahanan
kamp Nazi dapat membuat radio, bahkan pemancar sendiri
6)Semula
di Nusakambangan terdapat sembilan penjara untuk narapidana dan tahanan politik.
Kini, yang masih beroperasi tinggal empat, yaitu Penjara (sekarang istilahnya
Lembaga Pemasyarakatan [LP]) Batu (dibangun 1925), LP Besi (dibangun 1929), LP
Kembang Kuning (tahun 1950), dan LP Permisan (tertua, dibangun 1908). Lima
lainnya, yaitu Nirbaya, Karang Tengah, Limus Buntu, Karang Anyar, dan Gleger,
telah ditutup. Beberapa pesakitan terkenal yang pernah “mampir” di Nusakambangan
antara lain Johnny Indo (pernah melarikan diri namun tertangkap kembali), Kusni
Kasdut, sastrawan Pramoedya Ananta
Toer, Tommy Soeharto, Bob Hasan, Amrozi,
Imam Samudra, dan Mukhlas.
7)Terjemah
Al-Qur’an Surat al-Maa’idah ayat 39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar