CEO Liga Mahasiswa Ryan Gozali.
CEO Liga Mahasiswa Ryan Gozali. (sumber: Twitter)
Pengurus besar (PB)/pengurus pusat (PP) cabang olahraga disarankan untuk tidak bergantung pada dana pemerintah. Minimnya dana dari pemerintah, hanya menjadi prioritas ke-14 APBN dan nilainya tak sampai satu persen, membuat PB/PP tak bisa leluasa menjalankan program pembinaannya.
Sayangnya menurut CEO Liga Mahasiswa Ryan Gozali saat ini tak banyak PB/PP yang punya perencanaan dasar bagus. Akibatnya sponsor juga tak banyak yang mau bekerja sama. Di samping itu, faktor politisasi dan premanisme juga perlu dijauhkan.
"Sponsor tidak mau masuk kalau ada unsur politis. Dulu, sponsor yang LIMA dekati di awal-awal, sebelum saya ngomong apa-apa dia sudah tanya ada keterlibatan politik enggak? Atau bahkan PB ini ikutan enggak? Kalau ikutan, kami enggak mau jadi sponsor. Itu karena saking sudah jeleknya citra PB itu," kata Ryan kepada Beritasatu.com di Jakarta Pusat, Selasa (7/10).
"Tujuan sponsor itu apa? Definisi sponsorship itu apa, untuk meminjam aset dari event tersebut yang digunakan untuk improvement of the brand. Intinya, enggak ada planning, politik kenceng, dan satu yang menyebalkan mereka pikir cuma untuk lima tahun, padahal di youth development(pembinaan usia muda) lima tahun itu super short term (jangka pendek), bukan short term lagi karena tidak ada dampaknya untuk jangka panjang," kata penyandang gelar Master of Sport Management dari Universitas San Fransisco, Amerika Serikat.
Dari pengalamannya dalam membangun LIMA dalam dua tahun ini, Ryan melihat adanya pihak-pihak yang malah menghambat perkembangan olahraga Indonesia. Padahal ada orang-orang yang ingin membuat kompetisi demi pembinaan olahraga.
Ia menceritakan pengalamannya ketika hendak dipalak oleh "preman" olahraga.
"Gue tahu rate (tarif) wasit berapa, soalnya gue juga anggota asosiasi olahraga. Begitu mereka tahu LIMA, dilihat brand-nya banyak sponsor mereka bilang, salah rate-nya, harusnya tiga kali lipat. Baru gue bilang, eh gue tuh pengurus, mereka cuma oh ya ya. Kesannya kami suka menyabotase diri sendiri. Kesannya kalau sukses itu dihukum, olahraga itu harus miskin, kalau miskin baru dibantu. Jadi saat kami coba bikin event-nya besar dan bagus malah dihukum seperti itu. Jadi ya itu kendala kita," Ryan bercerita.
"Jadi tips dari saya buat PB generate money (mendapatkan pemasukan), harus kreatif, harus direncanakan baik-baik. Yang memang enggak mampu dipegang, serahkan ke orang lain. Biarlah jadi massal, biarlah segmen rakyat, kota-kota buat sendiri, jangan malah direpotin tetapi didukung. Kirim wasit atau dukungan apapun itu supaya apa yang mereka buat diarahkan yang benar, jangan dipremanin," kata Ryan. (http://www.beritasatu.com/)